Membangun Ekosistem Belajar yang Ramah dan Mendalam: Integrasi Konsep Sekolah Ramah Anak di Sekolah Dasar

Avatar photo
Membangun Ekosistem Belajar yang Ramah dan Mendalam: Integrasi Konsep Sekolah Ramah Anak di Sekolah Dasar
Anak-anak sekolah dasar sedang berbaris rapi di halaman sekolah, saat persiapan upacara. Foto ini merefleksikan budaya disiplin dan tertib di lingkungan sekolah, yang merupakan bagian dari penciptaan Sekolah Ramah Anak (SRA), di mana keamanan fisik dan psikologis siswa menjadi fondasi penting bagi Pembelajaran Mendalam (Deep Learning).

EDISIKINI.COM, Semarang — Sekolah dasar memiliki peran strategis dalam membentuk karakter, cara berpikir, dan kebiasaan belajar anak. Di era Kurikulum Merdeka ini, paradigma pendidikan bergerak menuju pembelajaran yang menekankan kebermaknaan, partisipasi aktif, dan kemandirian belajar siswa. Salah satu pendekatan yang relevan dengan semangat ini adalah pembelajaran mendalam (deep learning), yang mendorong siswa tidak sekadar menghafal, melainkan memahami konsep secara reflektif dan kontekstual.

Di sisi lain, pada Peraturan menteri PP dan PA Nomor 8 Tahun 2014 tentang kebijakan Sekolah Ramah Anak (SRA) hadir sebagai komitmen nasional untuk memastikan bahwa setiap satuan pendidikan menjadi ruang aman, inklusif, bebas kekerasan, dan menghormati hak-hak anak. sekolah ramah anak ini bukan hanya program, melainkan sebuah budaya yang menempatkan kesejahteraan fisik dan psikologis peserta didik sebagai dasar seluruh aktivitas belajar. Integrasi kedua konsep ini menjadi penting karena pembelajaran mendalam hanya dapat tumbuh dalam lingkungan yang aman, suportif, dan menghargai potensi individu.

Berkesadaran sebagai Jiwa dari Pembelajaran Mendalam

Salah satu inti dari pembelajaran mendalam adalah berkesadaran (mindfulness) — kesadaran penuh terhadap diri, proses belajar, dan lingkungan sekitar.
mindful learning mengajarkan siswa untuk hadir sepenuhnya dalam setiap pengalaman belajar, memperhatikan tanpa menghakimi, serta terbuka terhadap makna baru. Berkesadaran ini berfungsi sebagai “jiwa” yang menghidupkan pembelajaran mendalam menjadikan proses belajar tidak hanya tentang pengetahuan, tetapi juga tentang kebijaksanaan, empati, dan keseimbangan batin. Praktik Berkesadaran ini telah muncul dalam program sekolah ramah anak (SRA) yakni memperkuat suasana kelas yang damai, bebas tekanan, tanpa adanya diskriminasi, dan menghargai keberagaman ekspresi anak.

Pembelajaran Bermakna Menghubungkan Ilmu dengan Kehidupan

Pembelajaran bermakna terjadi ketika pengetahuan baru dihubungkan dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki siswa. Artinya, siswa menemukan makna ketika belajar terasa relevan dengan kehidupan mereka. Dalam sekolah ramah anak, pembelajaran bermakna selaras dengan tujuan yang ingin dicapai pada kehidupan nyata, dimana kegiatan seperti dialog reflektif, yang mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari tentang nilai moral, toleransi, perdamaian.

Lingkungan aman, Ramah Sebagai Fondasi Pembelajaran Mendalam

Keamanan fisik dan psikologis merupakan prasyarat agar siswa dapat berpikir kritis dan kreatif. Dalam sekolah ramah anak, suasana bebas kekerasan dan penuh empati menciptakan psychological safety yang memungkinkan siswa berani berekspresi, bertanya,berinovasi, serta memunculkan potensi diri sepenuhnya. Rasa aman inilah yang menjadi fondasi munculnya suasana belajar yang mendalam dan menyenangkan (Joyful Learning) di mana anak merasa bahagia, diterima, didengarkan, serta dihargai.

Integrasi antara pembelajaran mendalam dan sekolah ramah anak (SRA) merupakan strategi ideal untuk mewujudkan pendidikan yang holistik di sekolah dasar.
Sekolah ramah anak menyediakan lingkungan aman dan inklusif sedangkan pembelajaran mendalam menghidupkan kesadaran, bermakna, dan kebahagiaan dalam proses belajar. Maka dari itu, pentingnya membangun ekosistem belajar yang ramah serta memdalam bagi peserta didik di sekolah dilakukan oleh semua pihak.

Penulis: Minkhatul Maula (137242012), Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Komputer dan Pendidikan, Universitas Ngudi Waluyo.

Editor: Nur Ardi, Tim Edisikini.com